Decentraland dan The Sandbox Ogah Ngembangin VR, Apa Alasannya?

Array

Decentraland dan The Sandbox Ogah Ngembangin VR, Apa Alasannya?

Metaverse dan virtual reality (VR) senantiasa berjalan beriringan dalam pengembangan berbagai platform Metaverse seperti Somnium Space, Crypto Voxels, dan Meta’s Horizon Worlds. Beberapa nama perusahaan tersebut telah menunjukkan dukungannya terhadap teknologi VR.

Selain ketiga perusahaan tersebut, ada juga dua perusahaan lainnya yang mengaku merupakan platform virtual reality terdesentralisasi. Namun, meskipun menggambarkan dirinya sebagai platform virtual reality terdesentralisasi di situs webnya, platform Metaverse 3D berbasis browser seperti Decentraland dan The Sandbox belum mengintegrasikan produknya dengan teknologi VR.

Kira-kira apa alasan dibalik kurangnya pengembangan teknologi VR di kedua perusahaan tersebut? Akankah pengembangan VR menjadi misi pengembangan selanjutnya bagi Decentraland dan The Sandbox di tahun 2023 ini? Simak informasinya seperti dilansir laman Cointelegraph berikut ini.

Decentraland Berhasil Ciptakan VR Versi Alpha

Decentraland Berhasil Ciptakan VR Versi Alpha
Sidequest

Sean Ong, pendiri extended reality XR Dev Studio, menjelaskan bahwa meskipun VR selalu menjadi bagian dari visi Decentraland, Decentraland Foundation saat ini tengah memprioritaskan penerapan fitur inti lainnya dibandingkan VR. Ia mengatakan bahwa:

“Tim yang bertanggung jawab untuk mengembangkan Decentraland sangat sibuk mengimplementasikan begitu banyak fitur sehingga VR tidak begitu menjadi prioritas”.

Ong adalah salah satu anggota DAO Decentraland. Ia beserta timnya menerima pendanaan dari Decentraland setelah mengajukan proposal untuk menghadirkan VR ke platform Decentraland. Namun, pendanaan tersebut hanya memungkinkan mereka untuk membuat VR versi alpha yang dinilai kurang stabil.

Baca Juga: Samsung Luncurkan “House of Sam” Metaverse di Decentraland

Ong mengatakan bahwa tantangan menghadirkan VR ke Decentraland adalah karena pada dasarnya Decentraland tidak kompatibel dengan teknologi VR. Porting VR melibatkan pengerjaan ulang kode asli agar kompatibel dengan platform lain sehingga developer perlu melakukan perubahan pada port setiap kali proyek utama diperbarui.

Ong dan timnya meminta tambahan dana sebesar $240.000 atau setara dengan Rp3,7 miliar melalui proposal 14 Desember melalui DAO Decentraland untuk mengembangkan VR Decentraland namun hasil voting menunjukkan lebih dari tiga perempat suara menolak proposal tersebut.

Bagaimana dengan VR The Sandbox?

Bagaimana dengan VR The Sandbox?
InfoMoney

Sébastien Borget, salah satu pendiri Metaverse berbasis blockchain, The Sandbox, mengatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk mengembangkan VR untuk saat ini atau di masa depan. Ia menambahkan bahwa:

“Menurut kami, teknologi VR belum cukup matang atau mainstream, jadi kami fokus untuk menjadikan Metaverse lebih mainstream dan dapat diakses oleh semua orang”.

Apakah penggunaan VR dirasa merepotkan oleh kedua perusahaan ini? Jika ingin menghadirkan Metaverse ke dalam kehidupan sehari-hari, device yang lebih ringan dan mudah dipakai daripada headset virtual reality (VR) saat ini sangat diperlukan.

Meskipun setiap penggemar Metaverse mengharapkan alat yang lebih praktis, seperti kacamata normal yang mendukung aktivitas harian, namun faktanya, prosesor selalu membutuhkan fitur besar untuk menampung baterai dan lainnya.

Di tengah kegalauan ini, dilansir Coindesk pada 4 January 2023, Ixana, sebuah perusahaan baru, percaya bahwa akan ada device generasi baru yang lebih efektif untuk dipakai. Kira-kira seperti apa bentuk device VR generasi baru tersebut? Simak berita selengkapnya mengenai Teknologi Wireless Ini Siap Jadi Masa Depan Baru Metaverse di sini.

*Disclaimer:

Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli dan investasi aset crypto menjadi tanggung jawab pembaca.

Referensi:

Array